Senin, 16 Juli 2007


Malam ini tidak ada sinar bulan, jalan terlihat lebih gelap dari biasanya. Lampu jalan di belakang restauran Sezhuan malam itu sengaja dimatikan, membuat jalan bertambah gelap. Sesosok bayangan tampak mengendap, setengah menundukkan tubuhnya. Sesekali ia menengok ke belakang. Tampaknya ia tak ingin kehadirannya dilihat siapapun.

Tak lama terdengar suara burung hantu. Lalu disambut suara jangkrik.
Suara itu nyaris terdengar sangat alami, hanya orang yang memiliki keahlian mengenali suara saja yang dapat mengetahui bahwa suara-suara tersebut dikeluarkan oleh manusia.

Kemudian bayangan tadi masuk ke dalam restauran Sezhuan.

***

Dapur restauran Sezhuan pukul 1.30 dini hari

“Bagaimana, dapat?” tanya Cho.
Laki-laki separuh baya dengan dengan celemek yang penuh noda minyak dan percikan darah sudah berada di dapur restauran sambil memegang pisau daging.

Sosok yang masuk dapur Sezhuan tadi, segera melepas mantelnya dan topi yang ia kenakan. Tenyata ia seorang wanita muda dengan rambut hitam sebahu.

“Dapat, hanya saja kau harus bayar lebih mahal kali ini”
Ia senderkan tubuhnya di pintu dapur dan raut wajahnya yang keras terlihat lelah.

“Tin, ayolah... tidak mungkin aku bayar lebih. Pelanggaku semakin berkurang. Sudah banyak tempat menjual sup kuat seperti punya restauran ini”

“Maaf, tapi barangnya benar-benar sulit”

Braak.....
Cho memukulkan pisaunya dengan keras ke atas meja kayu. Ia gusar.
Ia berfikir keras untuk mendapatkan barang itu dengan harga yang murah. Ia sedang mengumpulkan uang untuk bekal menikahi perempuan pujaan hatinya, Leni

*****
Kemaren Leni mengunjunginya secara mendadak ke dapur restauran Sezhuan, tempatnya bekerja selama 5 tahun terakhir.

“Cho...mimpi apa kau semalam?”

“Tak ada..” jawab Cho sambil terus mencincang daging

“Aku hamil..” katanya datar. Tak ada ekspresi di wajahnya.

Cho terdiam...
Akhirnya apa yang ia dambakan dapat terwujud. Janin anak yang dikandung Leni dapat mengikat Leni selamanya. Mendampingi hidupnya dan mengisi hari-harinya bersama wanita yang ia cintai, mungkin lebih tepat dipuja. Ia tak peduli, apakah janin itu hasil pembuahan dari spermanya atau sperma laki-laki lain. Ia hanya peduli bahwa Leni tidak pergi lagi.

“Aku akan menikahimu....” Cho kembali meneruskan mencincang daging.

“Cho.. aku ragu...apakah ini janin kita”
Leni meneteskan air mata sambil mengelus perutnya.

“Tapi aku yakin, itu pasti anakku”

“Aku akan melepas janin ini Cho”

“Tidak............”

wajah cho memerah, Ia berusaha menguasai amarahnya. Ia menghampiri Leni dipegang bahu Leni dengan lembut. Setengah berbisik ia berkata lembut.

“Sayangku, yakinlah... ini anak kita, aku tidak peduli meskipun ini bukan dariku Aku akan mencintainya, menyayanginya, mengasuhnya. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri. Kita akan menikah pekan depan. Kita jalani hidup ini bersama. Membangun kehidupan yang kita impikan sejak dulu, berbahagia selamanya. Sayang... aku akan menjagamu dan tak akan pernah menyakitimu” Cho memeluk Leni erat, seakan tak ingin melepasnya.

Leni terdiam .. ada keraguan diwajahnya

*****

“Kalau kau tidak mau, aku akan jual pada Tio” Tin bersiap beranjak dari dapur, memegang gagang pintu dapur meninggalkan Cho yang terdiam.

“Tunggu Tin...tapi harganya bisa kau turunkan sedikit” wajah Cho sedikit memelas seperti anak kecil meminta permen pada ibunya.

“Baiklah, tapi tak banyak. Barang yang kutawarkan padamu umurnya sangat ideal.
14 minggu. Bagaimana”

“Berapa tawaranmu.......”

Malam itu transaksi berjalan lancar. Cho, seorang koki hebat memiliki menu istimewa di restauran Sezhuan. Ia tidak pernah menamakan sup yang dibuatnya, namun pelangganya menamakan “sup kuat”. Meskipun harganya sangat mahal, namun peminatnya tidak sedikit. Sebab banyak orang dikotanya percaya, dengan memakan sup itu, ia akan menjadi kuat dan awet muda. Sebab bahan-bahan yang ia gunakan bukan bahan sembarangan. Bahan nya harus ia beli dengan harga mahal, yaitu Janin bayi berumur 3 bulan.

*****
Restauran Sezhuan terletak ditengah kota. Restauran ini sudah berdiri sejak berpuluh tahun lalu. Bahkan umumnya pelanggannya masih memiliki garis keluarga dan mengetahui restauran ini dari kakek atau nenek mereka. Restauran ini memiliki menu yang sangat spesial yang tak pernah dihidangkan di restauran manapun. Namun hanya pelanggan tertentu saja yang mengetahui dan dapat memesan menu ini. Untuk menikmatinya pelanggan harus masuk ke ruang khusus dan memesan dengan kode yang disepakati sebelumnya. Sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memesan menu ini.

“ Cho, apakah aku bertambah muda” tanya Ang sambil berkedip ke arah Cho, pelanggan setia menunya.

“Tentu, masih segar dan aku yakin kau akan bertambah muda 10 tahun” ujar Cho.
Setengah berbisik ia mengatakan ke Ang...

“Namun untuk kali ini harganya lebih mahal. Maklum saja tidak mudah mendapatkan janin yang masih muda. Apalagi akhir-akhir ini pihak kepolisian sering bolak balik ke tempat ini dengan menyamar menjadi pelanggan. Aku khawatir mereka mulai mencium ini. Bila aku tertangkap, kau pasti kesulitan juga bukan ” ujar Cho

“ya, tapi restauran lain juga ada yang menjual menu yang sama Cho. Dan harganya tidak semahal ini” balas Ang setengah berbisik di kuping Cho

“Kau yakin bahannya seoriginal yang aku punya, kau yakin khasiatnya sama?”

“Baiklah, aku percaya padamu”

Cho memberi kode kepada Ang untuk mengikutinya ke lantai atas.

“waah... tenyata banyak peminatnya hari ini ya”

ruangan dilantai atas yang berukuran 2 x 2 meter sudah diisi 3 orang lain. Mereka juga penggemar sup kuat. Dengan lahap mereka menyantap sup hangat buatan Cho.

*****

Pagi ini cerah, kicau burung di depan jendela kamarnya diselingi bunyi jeritan kereta api ikut meramaikan suasana kamarnya. Sekali lagi ia mematut diri di cermin. Ia yakinkan bahwa penampilannya benar-benar sempurna. Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah baginya. Ya.. .dikapel kecil dikaki bukit, ia akan mengikat janji bersama perempuan yang ia puja, Leni.
Tak ada pesta, tak ada bunga, tak ada keluarga. Hanya Dong, sahabatnya sejak kecil yang akan mendampinginya. Ia juga yang akan membawa cincin pernikahan dan menjadi saksi janji sehidup semati.

*****

Cho terlihat resah, ia hanya berjalan mondar-mandir didalam kapel. Sudah 2 jam ia menunggu Leni, namun Leni belum muncul. Hatinya sangat gundah. Kapel yang sejuk itu ternyata sangat panas buat Cho. sesekali ia mengelap peluhnya yang terus menetes dari wajahnya.

“Cho.....” Leni masuk kedalam kapel. Tanpa gaun putih yang ia belikan 3 hari yang lalu. Wajahnya sangat pucat dan tubuhnya tampak lemah. Rambutnya tergerai tak tersisir rapi. Dengan berpegangan di kursi, Perlahan ia mendekati Cho.

“Cho.. maafkan aku”

“Leni, mengapa....”

Cho mendekati Leni, memapahnya ke kursi.

“Cho, maafkan aku. Aku tak dapat melakukan ini” air mata Leni membasahi tuxedo Cho.

“Tapi, demi anak kita sayang...” Cho berusaha meyakinkan Leni. Ia cium kening Leni.

“Aku sudah menggugurkannya, maafkan aku. Aku tak tau siapa ayahnya, aku tak mau menyakiti anak ini”

“apa.....”

Cho terdiam.... dadanya terasa sakit, punggungnya panas.

“aku harap kau tidak menjualnya pada Tin kan?

Leni terdiam, dadanya bergemuruh... ia tak kuasa membendung air matanya. Sambil terisak Leni bercerita.
“Aku berhutang pada Tin untuk menyembuhkan papa. Penyakit kanker paru-paru yang dideritanya semakin parah, sudah memasuki stadium 3. saat itu, aku sangat panik. Tin bersedia memberi pinjaman yang sangat besar untuk menyembuhkan papa. Sampai akhirnya aku tak sanggup membayarnya tapat waktu........”

Lidahnya kelu untuk meneruskan ceritanya. Ruangan kapel seperti menghimpit dadanya, semua terlihat gelap...... Leni hanya mendengar Cho berteriak.

pud

Tidak ada komentar: