Senin, 16 Juli 2007

Mendung di musim hujan


“Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan”.

“Mau gak gue kenalin, dia baik kok” suara sandra diujung telpon begitu bersemangat
“Temen lo?”
“Iya, temen bisnis gue.. yah itung-itung nambah teman. Kalau cocok dan jodoh kan bagus juga tuh. Gue bisa nambah satu rumah di surga”
“Mmm… santai aja, gue tau kok”
“Ya udah nomer hape lo gue kasih dia ya, biar dia yang hubungi lo. Good luck ya say…daaah”

Klik… Sandra tutup telpon lebih dulu.

Aku hanya terdiam, merenungi tawaran Sandra. Sebenarnya, tawaran buat kenalan dengan lawan jenis yang namanya cowok ini bukan pertama kali. Mungkin gak bisa dihitung pakai jari karena banyaknya. Bener kata Sandra, itung-itung nambah teman.

“Dina…….hei, kok senyum senyum sambil bengong sendiri sih. Mau dianterin ke rumah sakit jiwa grogol ya”
“Andreee… ngagetin aja sih. Emang gak boleh bengong. Tapi jangan markir motor didepan gue gitu dong. Emang enak ketabrak” balasku dengan muka setengah kaget dan cemberut.
“Hehe.. dah ah jangan cemberut, macet-macet gini jangan nambahin asem dong . Ayo ikut gue aja, mumpung motor kosong” Andre menyodorkan helm nya.

Tanpa pikir panjang, segera kuterima tawarannya. Iyalah… tawarannya andre memang rezeki buatku. Ditengah kemacetan jakarta, naik motor memang solusi paling yahud sampai ke rumah. Apalagi gratis.
Andre adalah temen kantorku tapi beda divisi. Sebenarnya dia masuk kriteria ideal sebagai pasangan hidup. Penampilannya gak malu-maluin, sholatnya rajin. Apalagi aku pernah mergokin dia di mushollah lagi sholat dhuha. Duuh.. ideal kan?. Dia anak IT, jago bikin program. Manis, baik.. ideal banget deh. Tapi sayang aku gak pernah tau, apakah aku ideal buat dia L. Jadi selama ini aku Cuma naksir diam-diam sama andre. Karena menurut gosip yang beredar, Andre naksir Evi. Anak marketing yang cantik dan sexy. Yah.. tau dirilah….

***

Duuuh, hari ini pakai baju apa ya?!! Mmm .. masa baju selemari gak ada yang srek sih. Kayaknya aku gendut lagi deeh, kulihat wajahku di cermin, mmm pipinya tembem ya??
Hari ini aku harus tampil beda, karena hari ini usiaku tepat 29 tahun. Kata orang, usia segitu dan menjelang 30 adalah masa yang genting untuk segera meninggalkan masa lajang. Kalau kata orang tua lampu merah buat segera menikah. Kayaknya mereka gak pernah mikir deh, betapa sulitnya mencari pasangan hidup yang berkualitas di zaman kuda makan hamburger ini. Belum lagi selingkuh yang dah jadi budaya. Teman tapi mesra…..

Teng…teng… berdentang 8 kali.

lamunanku buyar dengan suara jam kuno diruang tamu
Ups…mesti cepat-cepat, akhirnya kuputuskan kemeja hijau favoritku menemani ulangtahunku hari ini…daripada terlambat ke kantor.

***

“Dinaaa…jangan lupa absen gue ya” teriak Andre dari atas motornya.
Huh dasar, bikin kaget aja. Baru juga masuk gerbang kantor, dah di buat jantungan. Aku bergegas absen dan langsung ke atas.

Tuuut…..tuuuut, huh siapa sih pagi-pagi dah telpon
“Happy birthday Dina…selamat pagi. Sorry ya telat ngucapinnya”
“Oh…gak telat kok, thanks ya. Ini siapa ya?”
“Gue Tino, temennya sandra. Sandra dah cerita kan?”
“Iya, iya, Tino….apa kabar?”
“Baik, lo pasti baik jugakan. Pasti baru sampai kantor dan lo searang pasti pake’ baju merah ya?”
sok tau banget nih cowok, ketemu juga belum pikirku
“Mmm…begitu deh, ee.. tino sorry ya, gue lagi banyak kerjaan hari ini dan gue juga telat dikit masuk kantor. Trus ditunggu meeting sama bos…..”
“Iya, gak apa kok, gue ngerti. Gue juga mulai kerja. Nanti siang gue telpon lagi ya….bolehkan?” dengan suara merayu, tak mungkin tawarannya kulotak.
“Ok bye..” phufff.. kesan pertama semoga menyenangkan..

***

Meeting hari ini benar-benar membosankan, kalau bukan karena ada Andre didepan ku, rasanya pingin ngelanjutin tidur aja. Sesekali Andre senyum-senyum ke arahku. Tapi, ketika meeting hampir selesai


“Tok ..tok”
“Masuk” teriak pak Indra, bosku.

Dari ballik pintu, Evi masuk dengan blus merahnya. Dia sangat cantik. Sontak, semua mata memandang ke arahnya. Tak terkecuali Andre. Namun ia segera memalingkan perhatiannya ke buku agenda di depannya.

“Maaf pak, saya dipanggil kesini”
“Iya, silahkan duduk Vi…. “


Satu-satunya kursi kosong ada disebelah Andre. Mereka tampak serasi. Perasaanku campur aduk, rasanya ada yang bergejolak dalam dadaku. Perutku tiba-tiba sakit. Mungkin aku sedikit cemburu dengan mereka.. segera kuhembuskan nafas perlahan. Aku mencoba menetralisir perasaan ini…. Meeting ini bertambah membosankan.

***

“Din, selamat ulang tahun ya… lo mau nraktir gue kan hari ini. Yok naik” tiba-tiba Andre dan motornya dah ada disebelahku.
“Tapi…. Nanti ada yang marah lagi” ujarku sambil terus jalan
“Alaah…Basi din… mau gak? Tapi lo harus mau dong” segera dia sodorkan helmnya.

Segera aku naik ke atas motornya, belum sempat Andre melaju motornya. Dari arah belakang mobil honda jazz merah mensejajarkan kami

“Hai Dina, duluan ya” sambil melambaikan tangannya, evi bersama seorang lelaki melaju mobilnya meninggalkan kami.
“itu Evi sama Bimo kan Ndre?” kucolek bahu Andre.
“yuk cabut”

Andre melaju motornya kencang. Kami menuju senopati, dia tidak banyak bicara, hanya memandangku. Sesekali tertawa menyambut lelucon yangku buat
Hari ini ulang tahun yang spesial.

***

Sudah seminggu ini Tino selalu menghubungiku, Andre juga rajin nganter aku pulang. Meskipun aku kadang melihat Evi berjalan dengan Bimo didepan kami. Tapi aku sungguh gak peduli, Andre yang selama ini kuincar, sekarang hampir selalu ada disisiku. Tino juga ngajak ketemu. Dia bilang aku wanita yang sempurna hanya karena aku pernah bilang bahwa aku suka masak. Tino juga sudah siapkan kado untuk ulangtahunku nanti. Di telpon Tino selalu bilang kalau ketemu nanti dia pingin nyobain kue buatanku. Mmm… indahnya. Rasanya aku pingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanku. Menghitung hari.


***

Tino bilang dia pakai kemeja biru garis putih, dia dah nunggu di restauran Copa. Sekali lagi aku yakinkan diriku di cermin toilet dalam mall tempat restoran Copa. ini memang sudah sempurna. Blous merah yang dipadu jins ini memang gak terlalu formal, tapi juga gak terlalu nyantai. Kayaknya program gak makan nasi selama satu minggu sudah keliatan tandanya. Temen-temenku bilang aku sekarang agak kurus.


Dengan senyum yang paling manis sambil menjinakkan degup jantungku yang bunyinya semakin keras, aku melangkah menuju restauran copa. Restauran yang menyediakan masakan khas Italy ini terlihat penuh. Kusapu pandanganku untuk mencari sosok Tino berkemeja biru garis putih

“Maaf mbak, sudah reserve” Seorang wanita berpakaian hitam putih menyapaku
“Mmm…saya mencari teman” katakku sambil tersenyum.

Tiba-tiba dari pojok restauran, seorang lelaki berkemeja biru garis putih melambaikan tangannya sambil tersenyum.
“Itu dia, terima kasih mbak”

Saya segera membalas lambaiannya dengan senyuman dan segera menghampirinya. Dia berdiri dan menyodorkan tangannya. Kami bersalaman.
“dina”
“Toni”
“Maaf, dah menunggu lama ya?”
“Baru 5 menit” toni menarik kursi untukku.
mmm.. cowok banget nih, batinku

pertemuan kami malam ini tampak sempurn, namun dia tidak mengantarku pulang. Akhirnya aku naik taksi.
Aku senang, tapi rasanya ada yang aneh. Dalam hati aku harap pertemuan ini dapat berlanjut, namun disisi lain aku mencoba untuk tidak berharap terlalu banyak. Toni sangat berkelas.

***
Sudah satu minggu sejak pertemuan dengan Toni, dia tak pernah lagi menghubungiku. Sms yang aku kirim pun baru besoknya di balas. Aku tidak tau, mungkin ada salah satu zat yang salah, sehingga tidak terjadi reaksi kimia. Tapi, akukan masih ada Andre

“Dina…..pulang gak? Jangan bengong gitu dong.”
“Iya Sita…lagi siap-siap nih”
“ Lo bareng gue aja ya Din”
“Kenapa sit, tumben lo” aku terbengong-bengong dengan ajakan sita. Kesambet setan apa dia mau ngajak pulang bareng.

Aku ingat Andre, kutinggal Sita. Aku bergegas turun, mencari-cari Andre dan motornya. Itu dia. Aku segera menuju parkiran motor. Belum sampai ke Andre dan motornya, tiba-tiba Evi sudah ada disamping Andre Ia memakai helm yang biasa aku pakai dan naik ke motor Andre serta memeluk pinggang Andre.

Tanpa pikir panjang, aku segera balik badan. Kutinggalkan mereka.
sore ini, langit jakarta mendung. Padahal bulan ini seharusnya sudah masuk musim kemarau.


pud

Tidak ada komentar: